Minggu, November 07, 2010

Foto dari lokasi kejadian













Gambar dari Lokasi...............

Wilayah kerja kami


Pusat gempa mentawai

Journey to Mentawai part 3

Timbang menimbang mana yang lebih baik dan bermanfaat, kami memutuskan untuk ikut tim Wanadri. Sekalian agar bisa dengan segera turun ke lapangan. Sore itu kami juga sempat bertemu tim dari muhamadiyah yang juga tidak tahu klu semua tim medis harus melapor ke dinas kesehatan setempat. mereka juga belum tahu mau kemana esok hari, kalaupun mau turun ke lapangan maua kemana dan dengan siapa. Rencana briefing dengan tim wanadri batal dilakukan lantaran tim advance yang dikirim untuk assessment belum kembali. Kabar yang terakhir mereka tertahan di Pagai Selatan entah karena masalah cuaca atau yang lain.

Rencana turun lapangan di hari kedua batal dilakukan. Pagi itu kami sesama tim medis yang bergabung dengan wanadri sempat berbicang masalah koordinasi, hambatan di lapangan dan rencana yang akan dilakukan nanti. Untuk mengisi kekosongan kami mengisi poli umum di Rumah Sakit Lapangan milik KOSTRAD TNI, lumayanlah disana bisa melayang seratusan pasien. Sore hari menjelang magrib pelayanan selesai. Saat pulang kembali ke posko, tim advance yang kemarin tertahan telah kembali. Setelah melihat perkembangan yang tealah terjadi karena siang tadi sempat sejumlah tim dari beberapa perusahaan seperi PT INCO, PT BUKIT ASAM dan BSMI telah menembus daerah pagai selatan dan mengisi daerah daerah yang efek kerusakannya cukup parah. Sehingga jika kami menuju ke selatan maka tidak akan begitu efektif.

Maka diputuskan kami akan ke Pagai Utara. Info yang di dengar di daerah munte barubaru dan sibagunggung cukup parah. Kabarnya pula tim dari Dompet Dhuafa telah berhasil menembus daerah tersebut. Dan kabarnya lagi bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua, hanya ada satu titik dimana kendaraan harus di pikul untuk menyebrangi sungai sungai. Akhirnya tim dibagi dua tim pertama akan memberikan menuju desa munte dan yang kedua menuju sibagunggung. Setelah konfirmasi ulang dengan tim Dompet Dhuafa, ternyata mereka belum pernah sama sekali meembus kedua daerah tersebut. Walah..... Rencana berubah kembali. Akhirnya diputuskan tim yang diturunkan hanya satu, selain melakukan pelayanan kesehatan juga sebagai assessment agar tim kedua dapat turun keesokan harinya. Dan waktu itu yang turun cuman dr. Donald.

Keesokan harinya sambil menemani tim mempersiapkan segala sesuatunya, tim Surf Aid datang ke posko dan menanyakan apakan ada dokter yang bersedia menemani mereka untuk ke Pagai Selatan memberikan bantuan via laut. Maka tanpa berpikir dua kali saya mengiakan permintaan tersebut. Lima menit waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan semuanya.
Bersambung.............................

Sabtu, November 06, 2010

Journey To Mentawai Part 2

Dengan menumpang KMP Ambu-Ambu kami sampai di Sikakap Mentawai pada pagi harinya. Saat tiba di Sikakap kami mulai kebingungan kemana kami akan pergi, kenapa tidak ada koordinasi dari pemerintah setempat. Apa ada tempat melapor khusus buat relawan medis. Hampir semua relawan yang datang bersama kami telah mengirim tim awal baik untuk assesment, bahkan untuk mempersiakan segala yang dibutuhkan untuk tim yang datang berikutnya. Setelah bertanya kiri kanan kami medapatkan info bahwa semua tim relawan melaporkan di posko utama yang bertempat di kantor kecamatan di Sikakap.

Btw di Sikakap sendiri tidak terkena dampak apapum baik gempa ataupun tsunami. Dampak yang terlihat hanya karena banyaknya gedung publik yang beralih fungsi menjadi posko relawan. Kehidupan masyarakat disini terlihat berjalan biasa.

Dengan meyewa kendaraan sendiri (dengan harga yang irasional) kami menuju ke posko utama. Disana sini sudah tampak tenda2 dengan bendera dan spanduk masing-masing organisasi, NGO, perusahaan bahkan TV swasta. Btw saya tidak melihat adanya tenda pengungsi. So dimanakah para pengungsi tersebut berada? Selesai melapor kami mulai kebingungan, mau kemana? Tadi sempat ada tawaran dari muhamadiyah untuk bergabung bersama mereka. Tapi...... Kami untuk sementara menumpanng tenda BASARNAS, sambil mencari2 informasi terbaru seputar korban, lokasi bencana dll. Dari salah seorang kru BASARNAS kami mendapatkan info klu ada tim yang membutuhkan tim MEDIS karena rencana meraka akan ke daerah Pagai Selatan esok hari. Titik terang mualai tampak. Kami pun di anatar kesana.

Ternyata mereka adalah gabungan beberapa organisasi, mulai dari WANADRI, AMP FK UMPAD, TBM UNRI, dan TBM UNAND bersama kami AMDA. Setelah ngobrol beberapa saat kami memutuskan untuk bergabung bersama mereka. Pertimbangannya kami tidak mungkin turun ke daerah pesisir dengan hanya kami bertiga. Pertama sewa boat yang sangat mahal, bisa sampai beberapa juta rupiah untuk perjalan satu hari. Kedua kami tidak mengenal medan di pesisisr mentawai, dan ketiga, kami butuk tim untuk mengankut logistik dan obat2an. Rencanaanya kami akan ke pagai selatan esok harinya. Kemarin mereka telah menurunkan tim awal untuk assesment, tim terbagai 2, ada yang lewat darat dan lewat laut. Keduanya akan bertemu di tempat yang telah dutentukan. Rencana perjalanan besok semua tergantung informasi yang dikumpulkan dari kedua tim tersebut. Tapi kemungkinan besar kami akan melalui jalan darat mengngat jalan laut sangat beresiko mengingat tingginya gelombang laut di daerah pesisir barat metawai. Jam 19.00 malam bakal ada briefing mengenai rencanma besok.

Sambil menunggu kami memutuskan melihat sebagian korban tsunami yang dirawat dipuskesmas. Dari info yang kami terima terdapat beberapa tempat perawatan korban tsunami, yaitu 2 gedung di puskesmas Sikakap, di gereja dan satu lagi di Rumah Sakit lapangan milik KOSTRAD. Tiba disana setelah sedikit melakukan observasi dan sedikit intervensi, hehehehe... Kami di tanya apakah sudah melapor ke Dinas Kesehatan setempat? (melapor lagi). Disana kami diberi sedikit pengarahan lalu mendaftarkan diri. Disinipun ternyata telah banyak dokter yang mendaftarkan diri. Karena dokternya lumayan abanayk maka untuk perawatan dibagi dalah 3 shift, itupun hanya untuk 3 tempat karena RS lapangan di pegang oleh KOSTRAD. Untuk turun kelapangan pun mereka hanya mengandalkan helikopter milik TNI dan itupun tidak setiap hari bisa beroperasi karena kendala cuaca. Itupun sekali turun hanya satu dokter dan satu perawat yang dibolehkan ikut. Dan hanya laki-laki. Rencananya sebentara malah akan ada krapat koordinasi oleh dinas kesehatan. Sekarang kami bingung lagi mau ikut yang mana tim dinkes atau wanadri. Karena dari dinas kesehatan pun memberikan keleluasaan mau gabung bersa mereka di puskesmas boleh, mau turun lapangan boleh asal punya boat dan perlengkapan untuk safety.
Bersambung.....................

Jumat, November 05, 2010

Journey To Mentawai part 1

Indonesia sedang beduka, bencana beruntun melanda tanah ini. Mulai dari banjir bandang di wasior, gempa dan tsunami yang melanda mentawai dan erupsi gunung merapi. Dibawah bedera AMDA (Association of Medical Doctor of Asia, kami dikirim sebagai tenaga kemanusiaan di mentawai. Berhubung keinginan menjadi tenaga kemanusiaan sudah ada sejak dulu namun belum tersalurkan maka tawaran ini langsung diiyakan (walaupun sebenarnya ada motif lain hehehehe).

Keberangkatan yang mendadak membuat persiapan kami serba terburu-buru, dan banyal barang yang kami tidak sempat persiapkan dari makassar. Berangkat tanggal 28 oktober 2010 dengan tujuan jakarta-padang. Walaupun sempat terkendala beberapa masalah saat di jakarta akhirnya sore harinya kami sampai di Padang dengan selamat. Saat di padang kami langsung menuju ke kantor Gubernur Sumatera Barat, tempat Posko Penganggulangan Bencana Tsunami Mentawai berada. Disana kami harus melapor ke Untuk konfirmasi pendaftaran sebagai tenaga relawan kemanusiaan. Disini kami mencari semua informasi yang diperlukan sehubungan kegiatan kami di mentawai, mulai data korban dan kerusakan di mentawai, perkiraan cuaca di mentawai yang diambil langsing dari BMKG untuk beberapa hari kedepan dan jadwal kerangkatan kapal ke metawai. Sayangnya kami terlambat untuk kapal terakhirhir hari itu dan terpaksa harus menginap sambil menunggu untuk keberangkatan esok hari.

Selama di posko bantuan terus berdatangan dari berbagai pihak, mulai dari presiden SBY, PMI, bahkan dari Red Cressent Turki. Secara kebetulan juga kami bertemu sesama dari Makassar, wartawan harian Fajar Anggie. Sambil menunggu keberangkatan besok kami mempersiapkan beberapa barang yang belum sempat di beli di makassar.

Sabtu sore dengan menyewa mobil sendiri kami menuju ke pelabuhan ASDP Bungus tempat pemberangkatan tenaga relawan ke mentawai. Dengan menumpang KMP Ambu-Ambu. Disana puluhan relawan sudah merkimpul mereka berasal dari berbagai organisasi bahkan perusahaan, mulai dari BSMI, PT Bukit Asam, PT Inco, BASARNAS, PMI, TBM beberapa Universitas, Muhammadiah, wartawan dalam dan luar negeri, dll.

Perjalanan memakan waktu kurang lebih 12 jam dengan cuaca yang kurang bersahabat. Hujan dengan angin yang kencang dengan laut yang bergelombang. Minggu pagi kami sampai di Sikakap Mentawai, dan apa yang selama ini saya khawatirkan sejak berada di padang mulai terbukti. Bersambung....................